Aku dan Sahabat Disabilitasku - Khususnya bagi mereka penyandang tuna rungu. Bagi mereka mungkin dunia ini terasa sepi tanpa suara. Namun, mereka tetap dapat melihat warna dunia dengan segala keindahannya. Mereka dapat berkeliling dunia melalui melalui
sebuah layar kaca. Televisi.
Jika diamati, stasiun televisi lokal (Indonesia)
sekarang baik milik pemerintah maupun swasta belum menyediakan fasilitas khusus
bagi penyandang tuna rungu.
Mari, kita tengok ke belakang beberapa tahun silam.
Mungkin, ketika masih jaman orba. Jamannya televisi hitam putih masih
mendominasi. Salah satu stasiun televisi lokal milik pemerintah adalah TVRI.
Setiap kali siaran berita, di pojok bawah layar televisi ada satu penyiar yang
ukurannya lebih kecil dari penyiar utama. Penyiar itu khusus menyajikan berita
bagi penyandang tuna rungu. Mengubah dari bahasa verbal menjadi bahasa isyarat
yang dimengerti oleh mereka, tuna rungu, melalui gerakan-gerakan lincah tangan
itu.
Kala itu, aku kecil merasa kagum dan unik pada
pergerakan tangan penyiar khusus itu. Sampai-sampai aku mengikuti gayanya,
meski tak paham maksudnya. Terkadang, ketika aku mengikuti gayanya dan dilihat
kakak, maka aku dimarahi. “Apa kamu ingin seperti itu?!” jelas sekali kata-kata
itu. Seketika, aku pun terdiam. Namun, setiap kali TVRI siaran berita, penyiar
khusus itulah yang kunanti.
Sayang, tak ada lagi penyiar khusus yang nampang di
pojokan layar televisi lokal masa kini. Yang ada hanya berita berjalan. Itu pun
tak semua televisi menyediakan berita berjalan. Apalagi ketika sedang tayang
sponsor. Tentu saja itu tak cukup bagi mereka penyandang tuna rungu.
Saya teringat ketika beberapa waktu lalu menonton
sebuah film yang kisah di antaranya adalah seorang wanita penyiar berita khusus yang menyampaikan berita menggunakan
gerakan-gerakan kedua tangannya. Sementara dia adalah orang yang normal, tak
berdisabilitas. Seketika, pikiran pun melayang pada gambaran penyiaran berita
maupun program-program televisi lokal masa kini. Otakku berputar. Membayangkan ada
penerjemah khusus di setiap pojokan layar televisi saat tayang sponsor, berita,
film, dan di setiap program pertelivisian lokal. Bahkan, saat penayangan film
impor pun kalau bisa juga ada penerjemah khususnya.
Harapannya, saya dapat kembali menyaksikan
penerjemah khusus itu di pojokan layar televisi masa kini dan sampai
kedepannya. Mungkin kepada para petinggi stasiun-stasiun televisi dapat
menambahkan subjek penerjemah khusus di setiap program televisinya, khususnya
program televisi yang positif dan mendidik. Kemudian, kepada perusahaan-perusahaan
advertising juga mungkin dapat menambahkan subjek penerjemah khusus di setiap
produk sponsor yang diproduksinya. Tanpa dukungan berbagai pihak tentunya
harapan ini hanyalah sekedar harapan.
Terlepas dari itu semua, mari kita semua jangan
tanamkan “Aku ini disabilitas” atau “Dia itu disabilitas” tapi tanamkanlah
bahwa disabilitas adalah "Itulah kelebihan mereka, inilah
kelebihanku". Tetap semangat untuk sahabat disabilitasku. Tetaplah membuat kagum
dan tersenyum untuk semua sahabat.
Semoga bermanfaat. Salam,